Senin, 13 Juni 2016

Makna Ikhlas

       Bulan suci ramadhan ini, bulan dimana umat islam melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa mengharuskan kita menahan dari segala makan, minum, hawa nafsu dan masih banyak lagi. Termasuk amarah, kita harus mejaga segala amarah agar puasa kita berkah dan di terima oleh Allah swt. caranya dengan selalu bersikap ikhlas dalam segala kegiatan. Apakah makna ikhlas itu?, dan bagaimana cara kita agar setiap pekerjaan kita selalu kita kerjakan dengan ikhlas?. Oke, langsung aza silahkan baca uraian berikut. Semoga bermanfaat ...

IKHLAS

1.         Pengertian Ikhlas                                                 
Ikhlas ialah melakukan amalan semata-mata mencari keridhaan Allah SWT, tanpa dicampuri dengan tujuan dunia. (Amalannya tidak dicampuri dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran, kedudukan tinggi di kalangan manusia, meminta pujian, lari dari kejian, mengikut hawa nafsu yang tersembunyi atau lain-lain lagi yang boleh dihimpunkan dalam : “Melakukan amalan bukan kerana Allah.”)
Syidadbin Ausber berkata : “kami mengira riya’ adalah syirik kecil pada zaman Rasulullah saw. Begitu juga jika ia menepati kebenaran tetapi jika tiada ikhlas, makaia juga tidak diterima. Amalan yang diterima ialah yang ikhlas dan menepati kebenaran. Ikhlas adalah semata-mata kerana Allah dan kebenaran adalah mengikut sunnah.”
  Urgensi Ikhlas
Merupakan ruhnya amal
Syarat diterimanya amal
Allah azza wa jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari ridho-Nya semata
Setiap amal yang dilakukan akan diterima oleh Allah SWT,apabila:
·         Bersungguh –sungguh dalam melaksanakannya
·         Ikhlas dalam berniat
·         Sesuai sariat islam (Al’Qur’an dan sunah)
·         Penentu nilai/kualitas suatu amal (QS 4:125 )
·         Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah (QS 2:262) (QS 4:145-146)
      Tanda-tanda Keikhlasan
Adapun tentang tanda-tanda keikhlasan itu sendiri Dr. Yusuf Qordowi dalam bukunya ttg Ikhlas menguraikan beberapa tanda-tanda keikhlasan diantaranya:
1. Mengakui Kekurangan Diri
Adalah sangat wajar apabila kita melakukan kesalahan. Kita bukan manusia yang sudah dijamin tidak akan melakukan dosa. Untuk itu sangatlah wajar pula kita tahu diri bahwa setiap keberhasilan dalam kehidupan mungkin hanya sekitar 10%nya yang merupakan kontribusi dari diri kita, sedangkan sisanya adalah murni karena skenario Allah semata.
2. Cenderung Menyembunyikan Amal Kebajikan
Amalan yang diceritakan bukan dalam rangka syi’ar akan mengundang adanya perasaan bangga diri. Perasaan seperti ini akan bisa melencengkan tujuan dari amalan itu sendiri bukan karena Allah, tapi karena perasaan bangga itu sendiri. Jika satu saat mereka tidak yakin orang lain merasa takjub dengan amalanya, maka yang terjadi adalah rasa malas dan berat untuk melakukan amalan tersebut.
3.       Tidak membedakan amalan seorang prajurit dengan panglima perangnya
Khalid bin Walid adalah seoran Panglima Perang yang tak tertandingi, dimanapun beliau ditempatkan di situ pula beliau meraih kemenangan. Sampai-sampai Rasulullah menjulukinya Syaifullah (Pedang Allah). Satu saat orang-orang mengelu-mengelukan beliau sampai mengarah pada kondisi pengkultusan diri. Untuk menghidari hal ini Sayyidina Umar Bin Khatab memerintahkan pemecatan Khalid bin Walid dari Panglima menjadi prajurit biasa. Ternyata bukan Post Power Syndrome yang dialami beliau, tapi bahkan beliau tetap berjuang dengan semangat yang sama saat beliau menjadi Panglima tertinggi.
4. Mengutamakan keridhoan Allah daripada keridhoan manusia
Keridhoan manusia hanya akan berakhir maksimal sama dengan panjang umur manusia itu sendiri, sedangkan keridhoaan Allah membawa konsekuensi lebih panjang. Kita masih akan melewati pertanggung jawaban di alam kubur, kemudian alam mahsyar, baru kemudian alam akhirat. Sayangnya kadang seseorang merasa tidak 'pede' saat melakukan satu kebaikan hanya karena lingkunganya tidak mendukung terlaksananya kebaikan itu.
5. Cinta dan marah karena Allah
6. Sabar terhadap panjangnya jalan
Kita harus sadar bahwa bisa jadi kebaikan yang kita tanamkan atau dakwah yang kita jalankan baru bisa dinikmati oleh generasi sesudah kita. Surga impian bukan sesuatu yang mudah untuk diraih, tapi dia dibalut oleh berbagai rintangan dan cobaan sebagai sarana untuk memisahkan antara orang yang beriman dan orang yang hanya mengaku beriman. Allah tidak akan bertanya mengapa kita tidak sukses atau kenapa kita belum meraih kemenangan. Tapi Allah akan bertanya sudahkan kita sudah berusaha secara maksimal.
7. Sesuai dengan syari’at yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang diutus untuk membawa risalah Islam. Dialah manusia satu-satunya yang paling paham bagaimana menerjemahkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sebagai pribadi, kepala keluarga, kepala negara, sahabat, ayah, dan peran apapun di dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. 33:21)
oleh karena itu, sangat tidak sesuai apabila ada diantara kita yang mengaku sebagai seorang mu’min tapi tetap cara beribadahnya menurut kemauannya sendiri.
 'Yang penting eling….',
 'Yang penting niatnya',
 'Yang penting hatinya baik'.
 Sering sekali kita mendengar ungkapan-ungkapan semacam ini di masyarakat kita. Islam tidak cukup hanya seperti itu. Harapan kita dalam meraih surga berbanding lurus dengan sejauh mana usaha kita mendapatkannya.
"Ikhlas itu mencakup dua hal, yaitu menyertakan niat dan membebaskannya dari berbagai noda" (Dr. Yusuf Qhardawy)' .Demi keuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Q.S Shad [38] : 82-83). Ikhlas tidak dibatasi oleh alasan, karena ikhlas hanya bertujuan untuk mencari keridhaan Allah semata.
  Tips untuk menumbuhkan niat yang ikhlas 
1.         Mengetahui makna dan urgensi ikhlas. 
2.       Menambah pengetahuan tentang Allah dan hari kiamat. 
3.       Memperbanyak interaksi dengan Al’Qur’an, Kewajiban terhadap Al’Quran: membacanya, mentadaburinya, menghapalnya, dan melaksanakannya. Karena Al’Qur’an adalah penyembuh segala penyakit dalam hati QS 10:57. 
4.        Memperbanyak amal-amal yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau rahasia,sehingga terbiasa beramal hanya untuk allah semata tanpa diketahui orang lain. 
5.       Menghindari/mengurangi saling memuji,karena terkadang orang jadi lalai dan sombong. 
6.       Berdo’a,agar selaludiberikan keikhlasan dan dijauhi dari riya yang akan terjerumus kedalam syirik. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar