Bulan suci ramadhan ini, bulan dimana umat islam melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa mengharuskan kita menahan dari segala makan, minum, hawa nafsu dan masih banyak lagi. Termasuk amarah, kita harus mejaga segala amarah agar puasa kita berkah dan di terima oleh Allah swt. caranya dengan selalu bersikap ikhlas dalam segala kegiatan. Apakah makna ikhlas itu?, dan bagaimana cara kita agar setiap pekerjaan kita selalu kita kerjakan dengan ikhlas?. Oke, langsung aza silahkan baca uraian berikut. Semoga bermanfaat ...
IKHLAS
1.
Pengertian Ikhlas
Ikhlas
ialah melakukan amalan semata-mata mencari keridhaan Allah SWT, tanpa dicampuri dengan tujuan dunia. (Amalannya tidak dicampuri dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta,
kemasyhuran, kedudukan tinggi di kalangan manusia, meminta pujian, lari dari
kejian, mengikut hawa nafsu yang tersembunyi atau lain-lain lagi yang boleh
dihimpunkan dalam : “Melakukan amalan bukan kerana Allah.”)
Syidadbin Ausber berkata : “kami mengira riya’ adalah syirik kecil pada zaman Rasulullah saw. Begitu juga jika ia menepati kebenaran tetapi jika tiada ikhlas, makaia juga tidak diterima. Amalan yang diterima ialah yang ikhlas dan menepati kebenaran. Ikhlas adalah semata-mata kerana Allah dan kebenaran adalah mengikut sunnah.”
Urgensi Ikhlas
Merupakan
ruhnya amal
Syarat
diterimanya amal
“ Allah azza wa jalla tidak menerima
amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari ridho-Nya semata”
Setiap amal yang dilakukan akan diterima oleh Allah
SWT,apabila:
·
Bersungguh –sungguh dalam
melaksanakannya
·
Ikhlas dalam berniat
·
Sesuai sariat islam (Al’Qur’an
dan sunah)
·
Penentu nilai/kualitas suatu
amal (QS 4:125 )
·
Mendatangkan berkah dan pahala
dari Allah (QS 2:262) (QS 4:145-146)
Tanda-tanda
Keikhlasan
Adapun tentang
tanda-tanda keikhlasan itu sendiri Dr. Yusuf Qordowi dalam bukunya ttg Ikhlas
menguraikan beberapa tanda-tanda keikhlasan diantaranya:
1. Mengakui
Kekurangan Diri
Adalah sangat
wajar apabila kita melakukan kesalahan. Kita bukan manusia yang sudah dijamin
tidak akan melakukan dosa. Untuk itu sangatlah wajar pula kita tahu diri bahwa
setiap keberhasilan dalam kehidupan mungkin hanya sekitar 10%nya yang merupakan
kontribusi dari diri kita, sedangkan sisanya adalah murni karena skenario Allah
semata.
2. Cenderung Menyembunyikan
Amal Kebajikan
Amalan yang
diceritakan bukan dalam rangka syi’ar akan mengundang adanya perasaan bangga
diri. Perasaan seperti ini akan bisa melencengkan tujuan dari amalan itu
sendiri bukan karena Allah, tapi karena perasaan bangga itu sendiri. Jika satu
saat mereka tidak yakin orang lain merasa takjub dengan amalanya, maka yang
terjadi adalah rasa malas dan berat untuk melakukan amalan tersebut.
3. Tidak membedakan amalan seorang prajurit dengan
panglima perangnya
Khalid bin
Walid adalah seoran Panglima Perang yang tak tertandingi, dimanapun beliau
ditempatkan di situ pula beliau meraih kemenangan. Sampai-sampai Rasulullah
menjulukinya Syaifullah (Pedang Allah). Satu saat orang-orang
mengelu-mengelukan beliau sampai mengarah pada kondisi pengkultusan diri. Untuk
menghidari hal ini Sayyidina Umar Bin Khatab memerintahkan pemecatan Khalid bin
Walid dari Panglima menjadi prajurit biasa. Ternyata bukan Post Power Syndrome
yang dialami beliau, tapi bahkan beliau tetap berjuang dengan semangat yang
sama saat beliau menjadi Panglima tertinggi.
4.
Mengutamakan keridhoan Allah daripada keridhoan manusia
Keridhoan
manusia hanya akan berakhir maksimal sama dengan panjang umur manusia itu
sendiri, sedangkan keridhoaan Allah membawa konsekuensi lebih panjang. Kita
masih akan melewati pertanggung jawaban di alam kubur, kemudian alam mahsyar, baru
kemudian alam akhirat. Sayangnya kadang seseorang merasa tidak 'pede' saat
melakukan satu kebaikan hanya karena lingkunganya tidak mendukung terlaksananya
kebaikan itu.
5. Cinta dan marah karena Allah
5. Cinta dan marah karena Allah
6. Sabar
terhadap panjangnya jalan
Kita harus
sadar bahwa bisa jadi kebaikan yang kita tanamkan atau dakwah yang kita
jalankan baru bisa dinikmati oleh generasi sesudah kita. Surga impian bukan
sesuatu yang mudah untuk diraih, tapi dia dibalut oleh berbagai rintangan dan
cobaan sebagai sarana untuk memisahkan antara orang yang beriman dan orang yang
hanya mengaku beriman. Allah tidak akan bertanya mengapa kita tidak sukses atau
kenapa kita belum meraih kemenangan. Tapi Allah akan bertanya sudahkan kita
sudah berusaha secara maksimal.
7. Sesuai
dengan syari’at yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
Nabi Muhammad
SAW adalah manusia pilihan yang diutus untuk membawa risalah Islam. Dialah
manusia satu-satunya yang paling paham bagaimana menerjemahkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sebagai pribadi, kepala keluarga, kepala
negara, sahabat, ayah, dan peran apapun di dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Qs. 33:21)
oleh karena itu, sangat tidak sesuai apabila ada diantara kita yang mengaku sebagai seorang mu’min tapi tetap cara beribadahnya menurut kemauannya sendiri.
oleh karena itu, sangat tidak sesuai apabila ada diantara kita yang mengaku sebagai seorang mu’min tapi tetap cara beribadahnya menurut kemauannya sendiri.
'Yang penting eling….',
'Yang penting niatnya',
'Yang penting hatinya baik'.
Sering sekali kita mendengar
ungkapan-ungkapan semacam ini di masyarakat kita. Islam tidak cukup hanya
seperti itu. Harapan kita dalam meraih surga berbanding lurus dengan sejauh
mana usaha kita mendapatkannya.
"Ikhlas itu mencakup dua hal, yaitu
menyertakan niat dan membebaskannya dari berbagai noda" (Dr. Yusuf
Qhardawy)' .Demi keuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Q.S Shad [38] : 82-83).
Ikhlas tidak dibatasi oleh alasan, karena ikhlas hanya bertujuan untuk mencari
keridhaan Allah semata.
Tips
untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1.
Mengetahui makna dan urgensi
ikhlas.
2.
Menambah pengetahuan tentang
Allah dan hari kiamat.
3.
Memperbanyak interaksi dengan
Al’Qur’an, Kewajiban terhadap Al’Quran: membacanya, mentadaburinya,
menghapalnya, dan melaksanakannya. Karena Al’Qur’an adalah penyembuh segala
penyakit dalam hati QS 10:57.
4.
Memperbanyak amal-amal yang
dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau rahasia,sehingga terbiasa beramal hanya
untuk allah semata tanpa diketahui orang lain.
5.
Menghindari/mengurangi saling
memuji,karena terkadang orang jadi lalai dan sombong.
6.
Berdo’a,agar selaludiberikan
keikhlasan dan dijauhi dari riya yang akan terjerumus kedalam syirik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar